5T AGAR TUMBUHAN OBAT BERKHASIAT OKE
EKA PUTRI M. Si, Apt
Penggunaan
bahan alami terutama tumbuhan dalam pengobatan sekarang ini mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Hal ini didukung oleh gencarnya isu back to nature dan kondisi perekonomian
masyarakat yang sedang dilanda krisis. Harga obat sintetis yang terus melonjak
juga mendorong masyarakat untuk melirik tumbuhan sebagai alternative
pengobatan. Obat tradisional atau tumbuhan obat banyak digunakan oleh
masyarakat karena harganya yang lebih murah dan dianggap tidak mempunyai efek
samping dan relatif aman dibandingkan obat sintetis. Tumbuhan obat memang
mempunyai efek samping yang rendah dibandingkan obat modern atau sintetis namun
meskipun demikian tumbuhan obat akan menimbulkan efek samping yang merugikan
jika penggunaannya kurang tepat.
Bagi masyarakat yang lebih senang
untuk mengkonsumsi tumbuhan obat baik untuk tujuan pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) maupun peningkatan kesehatan (promotif) ada baiknya untuk lebih
mengetahui apa jenis, bagaimana cara menyiapkan, dan berapa takaran yang tepat
dari tumbuhan tersebut sehingga bisa memberikan hasil yang optimal bagi
kesehatan. Karena tumbuhan obat tidak ada jaminan bila ditinjau dari
kepastian bahan aktif dan konsistensinya jika digunakan secara rutin.
Ada beberapa hal
yang wajib diperhatikan jika anda memutuskan untuk mempercayakan kesehatan pada
terapi herbal. Tepat tumbuhan/simplisia, tepat dosis/takaran, tepat waktu
penggunaan, tepat cara penggunaan, tepat pemilihan ramuan (5T). Dengan 5T
tersebut tumbuhan obat akan berkhasiat oke bagi kesehatan anda.
Tepat tumbuhan/simplisia
Tumbuhan adalah
sumber daya alam yang paling banyak dan potensial. Dengan keaneka ragaman yang
begitu tinggi, maka perlu pengetahuan yang memadai tentang identifikasi masing-masing jenisnya. Karena
banyak dari tumbuhan yang hampir mirip namun mempunyai efek pengobatan yang
berbeda. Kesalahan dalam pemilihan bahan tumbuhan dalam pengobatan suatu
penyakit akan menyebabkan tidak tercapainya penyembuhan yang optimal bahkan
bisa menimbulkan efek samping yang merugikan.
Sebagai contoh misalnya tumbuhan lempuyang, lempuyang
berdasarkan pustaka ada 3 jenis, yaitu lempuyang emprit (Zingiber
amaricans L) lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan
lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempuyang emprit dan lempuyang gajah berwarna kuning
berasa pahit dan secara empiris digunakan untuk menambah nafsu makan; sedangkan
lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan berbau
lebih harum, banyak digunakan sebagai komponen jamu pelangsing. Kenyataannya
banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga kalau
ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa mengetahui apakah
lempuyang wangi atau yang lain.
Kerancauan serupa juga sering terjadi antara tanaman
ngokilo yang di’anggap sama’ dengan keji beling, daun sambung nyawa dengan daun
dewa, bahkan akhir-akhir ini terhadap tanaman kunir putih, dimana 3 jenis
tanaman yang berbeda (Curcuma mangga, Curcuma zedoaria
dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebut sebagai ‘kunir putih’ yang
sempat mencuat kepermukaan karena dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan
penyakit kanker. Demikian Katno dan S. Pramono menuliskan dalam suatu situs.
Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah bagian tumbuhan yang paling baik digunakan untuk
pengobatan. Untuk mengatasi luka misalnya bisa digunakan daun singkong karena
mengandung senyawa flavonoid yang bisa menghentikan pendarahan. Bagian daun
yang banyak mengandung senyawa tersebut adalah daun yang masih muda (pucuk
daun).
Tepat
Dosis/takaran
Setelah
menentukan pilihan jenis tumbuhan yang tepat, penting juga diketahui dosis yang
sesuai dan tepat untuk pengobatan penyakit yang diinginkan. Daun seledri (Apium
graviolens) telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah,
tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over
dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita
tidak tahan dapat menyebabkan hipotensi dan syok. Oleh karena itu dianjurkan
agar jangan mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan seledri untuk sekali minum.
Demikian pula mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2 biji
besar untuk sekali makan.
Gambir
digunakan untuk menghentikan diare dengan takaran kurang lebih sebesar satu ibu
jari, penggunaan lebih dari takaran tersebut justru akan menimbulkan konstipasi
(kesulitan buang air besar). Keji beling (Strobilantus
crispus) untuk batu ginjal, pemakaian melebihi 2 gram serbuk (sekali minum)
bisa menimbulkan iritasi saluran kemih.
Tepat waktu penggunaan
Suatu
sumber di situs menuliskan sekitar tahun 1980-an
terdapat suatu kasus di salah satu rumah sakit bersalin, beberapa pasien
mengalami kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang sepanjang
masa (termasuk selama masa kehamilan). Setelah dilakukan penelitian, ternyata
jamu cabe puyang mempunyai efek menghambat kontraksi otot pada binatang
percobaan. Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-ibu yang mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa
persalinan karena kontraksi otot uterus dihambat terus-menerus sehingga
memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin didalamnya. Sebaliknya jamu kunir asem bersifat
abortivum sehingga mungkin dapat menyebabkan keguguran bila dikonsumsi pada
awal kehamilan. Sehubungan dengan hal itu, seyogyanya bagi wanita hamil minum
jamu cabe-puyang di awal kehamilan (antara 1-5 bulan) untuk menghindari
resiko keguguran dan minum jamu kunir-asem
saat menjelang persalinan untuk
mempermudah proses persalinan.
Tepat cara
penggunaan
Daun kecubung (Datura metel L.) mengandung
alkaloid turunan tropan yang bersifat bronkodilator (dapat memperlebar saluran
pernafasan) sehingga digunakan untuk pengobatan penderita asma. Penggunaannya
dengan cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap (seperti
merokok). Akibat dari kebiasaan bahwa cara penggunaan tumbuhan obat adalah direbusatau
diseduh lalu diminum airnya, maka jika hal itu diperlakukan terhadap daun
kecubung, akan terjadi keracunan karena tingginya kadar alkaloid dalam darah.
Orang Jawa menyebutnya ‘mendem kecubung’ dengan salah satu tandanya midriasis, yaitu mata
membesar.
Sebelum menggunakan tumbuhan obat harus
dicari informasi yang benar bagaiman cara menggunakan tumbuhan tersebut. Apakah
direbus, diseduh, dilalap, dihaluskan atau dikeringkan terlebih dahulu. Selain
itu juga perlu diketahui apakah tumbuhan obat tersebut harus dimakan atau
tidak. Kesalahan dalam cara penggunaan akan menyebabkan efek samping yang
membahayakan.
Tepat pemilihan
ramuan untuk indikasi tertentu
Suatu hal yang unik dari tumbuhan obat adalah efek
sinergisitas dan efek komplementernya. Efek sinergisitas yaitu beberapa jenis tumbuhan
obat yang berbeda memiliki khasiat yang sama dan efek komplementer adalah jika
beberapa tumbuhan yang berbeda memiliki efek yang saling mendukung satu sama
lain. Hal ini menyebabkan dalam pengobatan penyakit tertentu tidak digunakan
tumbuhan tunggal tapi campuran dari beberapa jenis tumbuhan.jenis (ramuan).
Misalnya penggunaan keji beling, bagi mereka yang
mengalami pendarahan atau iritasi pada saluran kandung kemih tidak dianjurkan
karena akan memperparah iritasi disebabkan keji beling merupakan diuretik kuat.
Bagi penderita ini dianjurkan untuk mengkonsumsi daun kumis kucing (Ortosiphon
stamineus) yang efek
diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus
arvensis) yang tidak
mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
Penggunaan
daun tapak dara (Vinca rosea) untuk mengobati diabetes bukan
merupakan pilihan yang tepat, sebab daun tapak dara mengandung alkaloid vinkristin dan vinblastin yang dapat menurunkan jumlah sel darah
putih (leukosit). Jika digunakan untuk penderita diabetes yang mempunyai jumlah
leukosit normal akan membuat penderita rentan terhadap serangan penyakit karena
terjadi penurunan jumlah leukosit yang berguna sebagai pertahanan tubuh.
Komentar
Posting Komentar