TOILET BERSEPUH EMAS-KAH?
Kali ini DPR membuat ulah lagi, dan lagi-lagi DPR. Badan kehormatan
yang nol prestasi bejubel fasilitas mewah yang dapat dinikmati. Dewan kehormatan
yang seharusnya melayani hak-hak rakyat, akan tetapi justru manja ingin
dilayani oleh rakyat. Makanya dikalangan masyarakat terdapat istilah “Nikmatnya
jadi pejabat itu mulai dari hajatan sampai buang hajat di layani rakyat”.
Mengalokasikan dana bombastis
sebesar 2 MILIAR hanya untuk merenovasi KAKUS saja Sungguh ide yang tidak
cerdas sekali yang di cetuskan justru oleh orang-orang yang berada di dewan
kehormatan. Dikala negeri ini sedang krisis baik itu krisis ekonomi ataupun social
bahkan krisis agama. Bukankah lebih bijak apabila dana sebesar itu di pakai
untuk kesejahteraan rakyat seperti untuk mensubsidi dana kesehatan, subsidi
dana pendidikan, atau menyuntik alokasi dana BBM bersubsidi.
Bila memasuki toilet di DPR, kita
akan mendapati toilet dengan suasana sudah seperti di hotel, mungkin memang
beberapa bagian dari toilet perlu di perbaiki. Namun, apabila kita menilik
lebih jauh, seluruh toilet di Gedung Nusantara I – mulai dari lantai 2 sampai
23 – maka artinya akan ada 220 toilet yang diperbaiki, karena satu lantai
terdiri dari 10 toilet, dengan alokasi dana 2 miliar, itu berarti untuk satu toilet
di butuhkan dana sekitar 9 juta rupiah. Sebenarnya dengan dana sebesar itu DPR
bukan hanya dapat memperbaiki, akan tetapi dapat membuat toilet yang baru. Tidak
realistis dalam menganggarkan perbaikan toilet saja sampai 9 juta rupiah untuk
setiap pintu. Lain halnya apabila DPR ingin fasilitas toilet yang lebih mewah
lagi dari sekarang yang sebenarnya sudah cukup mewah.
Lain hal-nya dengan wakil ketua
MPR Lukman Hakim Saifuddin yang berpendapat lain dengan anggota DPR. Beliau menganjurkan
agar DPR dapat bersikap dewasa dalam melihat prioritas. DPR sudah saatnya
meningkatkan produktivitas kinerja dalam bidang legislasi ketimbang harus
memikirkan penuntutan kenyamanan toilet.
Apabila DPR tidak bersikap
dewasa, maka akan terbukti apa yang di celotehkan oleh presiden Indonesia yang
ke-4, KH. Abdurrahman Wahid yang lebih akrab kita kenal dengan nama GUSDUR. Beliau
mencelotehkan bahwa badan kehormatan DPR itu tak lebih seperti Taman
Kanak-Kanak. Mungkin yang di celotehkan oleh Gusdur ini pada awalnya hanya
seperti hinaan saja bagi dewan kehormatan DPR. Namun, apabila menengok dari
sejarahnya hingga sekarang, DPR tidak ada kedewasaan yang signifikan di
dalamnya. Kita pasti masih ingat akan masa otorikrat presiden kita yang ke-2,
DPR kala itu tak lebih hanya seperti alat yang berada di bawah tekanan dan
iming-iming kesenangan semu dalam materi.
sekarang pun tidak jauh seperti
demikian. Badan kehormatan seperti dalam control badan eksekutif yang di pimpin
presiden, dilihat dengan paling dominannya anggota badan kehormatan yang
berasal dari partai pemenangan presiden yang berkuasa. Walaupun banyak pula
anggota badan kehormatan dari fraksi partai lainnya, akan tetapi semuanya ikut
mengamini karena di imingi dengan kemewahan materi yang semu.
Kapankah negeri ini akan
benar-benar makmur dan sejahtera, keadilan yang menopang negeri kita dengan
pemimpin dengan jiwa kepemimpinan yang tegas. Akankah hanya negeri tempat silih
bergantinya rezim saja? Semoga Indonesia di berikan pemimpin yang JUJUR, ADIL,
dan TEGAS seperti coretan Pong Harjatmo yang di lukiskan di atap gedung dewan
kehormatan DPR. Semoga saja.
Oleh
: iky el-khawarizmi
Sebuah
dedikasi untuk negeri yang terpatri dalam tulisanku ini
Komentar
Posting Komentar