MOSI TIDAK PERCAYA KEPADA REFORMASI
Sungguh dilematis apabila kita
mengingat masa-masa kejayaan mahasiswa dahulu. Sungguh sangat mengglegar
peristiwa reformasi itu. Sehingga tercatat dalam lembar buku sejarah dari mulai
tingkat SD hingga ke jenjang SMA dan bahkan dalam buku-buku sejarah umum
nasional lainnya. Apabila kita melihat dalam buku sejarah, sungguh sangat
heroiknya para mahasiswa sang pewaris peradaban yang telah menggoreskan sebuah
catatan kebanggaan dilembar sejarah manusia. Namun apabila kita terus mengingat
akan peristiwa itu, kita sungguh akan tertipu oleh realitas pergerakan
mahasiswa sekarang yang dimana pergerakan mahasiswa sekarang banyak sekali
control dari instansi atau golongan bahkan individu tertentu. Idealism yang
tergerus inilah yang sungguh membuat pergerakan mahasiswa “mandul”.
Reformasi, bila kita menengok
sejarah. Tujuan sebenarnya reformasi itu merupakan penggulingan rezim orde
baru, yang dimana berkuasa selama puluhan tahun. Namun, disitu sebenarnya terjadi
ketimpangan yang sangat nampak apabila semua golongan tidak menutup matanya.
Ketika reformasi diperjuangkan, kita harusnya bertanya, kepada reformasi yang
seperti apakah negeri ini akan dibawa setelah kehancuran rezim orde baru?
Realita yang ada, sungguh reformasi abal-abal yang sebenarnya rakyat
perjuangkan. Karena tidak terkonsep secara matang. Rakyat langsung menelan saja
konsep reformasi setengah matang karena sungguh sudah muaknya rakyat oleh
konsep orde baru. Setelah kehancuran orde baru, negeri ini terus saja merayap
dan meraba-raba konsep reformasi yang di idam-idamkan. Namun, reformasi yang
ada sekarang bukanlah reformasi yang di idamkan seluruh masyarakat negeri ini,
akan tetapi realita reformasi yang ada itu tak lebih seperti pergantian dari
rezim orde baru ke rezim selanjutnya.
Sungguh negeri ini sudah memakan
banyak sekali konsep pemerintahan yang diidamkan menjadi konsep yang dapat
membuat negeri ini benar-benar merdeka. Ada yang berkata “kita ikuti kembali
saja konsep pemerintahan pak soekarno”, namun apa itu memang relevan? Karena
konsep itupun sudah digugat dan diganti oleh generasi selanjutnya Karena tidak
relevan. Bahkan adapula yang berkata, “kembalikan saja ke orde baru”, sungguh
wacana terakhir ini sangat membuat kita miris, apakah memang reformasi yang
diperjuangkan lebih buruk keadaan negeri ini dibandingkan ketika zaman OrBa?
Konsep reformasi kita yang setengah matang dan terlanjur kita telan ini memang
sungguh sangat pahit terasa, karena sudah bertahun-tahun semenjak tegaknya
reformasi, namun apa buah manis yang dapat rakyat rasakan? Harga sembako
semakin naik, harga minyak bumi yang semakin melangit dan bahkan harga
pendidikan di negeri ini yang mahal seakan tidak mau kalah dengan kenaikan
inflasi dalam negeri ini. Ditambah dengan kekacauan hukum yang semakin
carut-marut, yang kaya dialah yang tidak bersalah di negeri ini, begitulah
hukum dinegara kita sekarang ini. Pantas saja papua ingin memisahkan diri dan
mempunyai identitas sebagai negeri yang diluar Indonesia, setidaknya mereka
masih dapat berfikir hendak bagaimana nanti negeri mereka. Dan dengan kasus
supremasi hukum yang tidak pernah ada yang selesai dimulai kasus munir,
penembakan tanjung priok, kasus ambon, CENTURY, Bibit, dan si JAYUS tambunan
dengan segudang kasus korupsinya, hingga kasus terorisme yang terkesan seperti
di skenariokan untuk menutupi seluruh kasus yang telah muncul yang dikhawatirkan
membahayakan posisi penguasa rezim saat ini.
Sebenarnya ada udang apa yang berada di balik
batu masalah di negeri ini? Dan sungguh yang membuat disayangkan lagi, para
pejabat yang terkena skandal korupsi dan kasus hukum lainnya banyak diantara
mereka yang dahulu ketika masih menjadi mahasiswa yang dikenal masih sangat
idealis pemikirannya itu adalah para pahlawan reformasi dan merekalah yang dulu
menggugat akan lengsernya rezim orba. Ada apakah sebenarnya dengan seribu
polemic reformasi di negeri kita ini? Sungguh ironis memang melihat kenyataan
di negeri ini dengan rezim di tangan orang-orang yang saling berebut untuk
meraup untung dari hasil jerih payah mereka atas menggulingkan rezim orba ke
rezim yang di bawah kuasa tangan mereka. “ ironis”.
Seiring selalu bergantinya rezim dan
rezim lainnya yang saling berebut menancapkan kuku pengaruhnya di negeri dengan
populasi muslim terbesar di dunia. Bersama itu pula rakyat semakin merintih-ringkih
di Negara yang luas dan besar. Negara yang kaya akan sumber daya alam, namun
miskin akan sumber daya manusianya. Ini memang patut kita waspadai, dengan
biaya pendidikan di negeri kita yang semakin melejit seakan ingin anak negeri
ini tidak semuanya dapat mencicipi duduk di bangku pendidikan. Ada konspirasi
apa sebenarnya di balik semua carut-marutnya supremasi hukum negeri ini?
Sungguh hukum dan segala system yang ada di negeri ini sudah seperti di bawah
control dan tidak ada Indonesia yang benar-benar merdeka. (Iky-pharmacyst)
Komentar
Posting Komentar