SEJARAH DESA SUKAMANDIJAYA

Sukamandijaya adalah desa di kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat. Desa Sukamandijaya merupakan desa dengan wilayah terluas di kecamatan ciasem. Berada di daerah strategis yang dilintasi jalur pantura membuat desa Sukamandijaya menjadi "pusat pemerintahan" dari kecamatan ciasem , terdapat beberapa kantor pelayanan masyarakat, pasar tradisional, dan berbagai ritel mini market selain pemukiman penduduk dan lahan persawahan yang merupakan milik penduduk dan sebagian besar merupakan lahan garapan Pt. Sang Hyang Seri, sebuah Badan Usaha Milik Negara(BUMN) yang mempunyai bisnis inti perbenihan pertanian . Pt. Sang Hyang Seri (persero) disingkat Pt. SHS, sejak tahun 1940 adalah perkebunan besar milik swasta asing (Inggris) dengan nama Pamanoekan & TJiasemlanden yang dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957 perusahaan ini dikelola oleh Yayasan Pembangunan Djawa Barat (YPDB). Tahun 1966 YPDB berubah bentuk menjadi Proyek Produksi Pangan Sukamandi Jaya bersamaan dengan di bentuknya Proyek penelitian dan Mekanisasi serta Proyek Perhewani. Ketiga proyek ini dilebur pada tahun 1968 menjadi Lembaga Sang Hyang Seri. Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1971 Lembaga Sang Hyang Seri menjadi perusahaan umum (Perum) . Dan pada tahun 1995 status Perum berubah menjadi persero. 

1. percampuran sunda dengan jawa  pertama kali di sukamandi, ciasem dan pamanukan

Sekitar tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surenggono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dari mataram melalui Banyumas untuk tujuan membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan melalui jalur utara, jalur yang mereka lewati adalah Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Ciasem, dan Karawang. Di Ciasem yang diantaranya di sukamandi ditinggalkan sekitar 400 prajurit, Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda ,karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan Menikah dengan wanita setempat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka kemudian banyak membuka lahan sawah . pada tahun 1771, saat berada dibawah kerajaan Sumedanglarang, di subang tepatnya di pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsensi penguasaan lahan wilayah subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands).

2. terbentuknya desa sukamandijaya dan migrasi penduduk

Berawal dari adanya perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands) maka migrasi penduduk yang di datangkan baik secara sengaja menjadi buruh dan petani di perusahaan atau penduduk yang sengaja datang bermigrasi di sekitar perusahaan perkebunan demi mencari penghidupan yang lebih layak. baik itu menjadi buruh dan petani perusahaan ataupun yang berjualan dengan target pasar adalah para buruh dan petani perkebunan.
Dahulu daerah ciasem dan pamanukan masih terdiri dari kebun-kebun yang luas, bahkan menurut kisah para orangtua dahulu didaerah dusun karang anyar terdapat kucing besar yang seperti macan tutul. daerah pemukiman masih di sekitar P&T Lands. disekitar perusahaan mulai tumbuh lingkungan penduduk yang pada awalnya adalah karyawan pabrik yang sampai sekarang daerah itu di kenal "BEDENG" dan sekarang menjadi "PANGUNGSEN". Tapi nama bedeng masih dikenal untuk daerah pemukiman dekat pabrik yang sekarang bernama PT. Sang Hyan Seri, karena bedeng sendiri merupakan arti dari petakan kecil untuk tempat tinggal. maka dari itu di daerah Bedeng ini rumah-rumah penduduknya masih berukuran kecil-kecil dengan akses jalan yang sempit, namun sudah terdapat banyak rumah penduduk yang berukuran lebih besar, dan biasanya bermata pencaharian sebagai pedagang.
Selain para buruh dan petani perusahaan berdatangan pula penduduk dari jawa yang rata-rata dari daerah brebes, tegal, dan pekalongan untuk mengadu nasib mencari rejeki dengan berniaga/berjualan. Dengan semakin banyaknya pendatang maka semakin besarlah pemukiman disekitar perusahaan yang sekarang PT. Sang Hyang Seri atau yang dikenal penduduk sekitar PERUM, maka tumbuhlah pemukiman yang dinamakan KAMPUNG SUKAMANDI yang pada awalnya merupakan tempat tinggal para penduduk yang berjualan di pasar sukamandi.
Namun karena migrasi penduduk yang terus berdatangan ke desa Sukamandijaya maka semakin banyak populasi penduduk yang berada di desa Sukamandi. Bahkan tidak sedikit penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal hingga akhirnya bertempat tinggal di pasar sukamandi, karena dahulu di pasar sukamandi terdapat bangunan belanda yang memang ditujukan untuk berjualan hingga akhirnya menjadi tempat kumuh dan tempat tinggal pendatang yang tidak mempunyai tempat yang dikenal penduduk sekitar dengan nama "LOS". Bahkan bangunan tersebut dan pemandangan kumuhnya masih dapat dilihat hingga awal taahun 2000 sampai akhirnya pasar sukamandi mengalami pemugaran, dan bangunan itu di bongkar sedangkan penghuninya ada yang dipulangkan ke kampung halamannya setelah puluhan tahun menetap disitu, ada pula yang pindah ke sanak-saudaranya yang telah mempunyai tempat tinggal permanen.
Pemerintah pada masa awal zaman revolusi dan pembangunan membagi-bagikan tanah kepada penduduk yang belum bertempat tinggal tetap dan masih tinggal di pasar. tanah yang dibagikan oleh pemerintah adalah kawasan yang sekarang dikenal daerah BLOK BALONG, BALONG GUNUNG, Dan AMPERA yang pada awalnya daerah tersebut masih daerah perkebunan dan daerah irigasi penampungan air warisan perusahaan P&T Lands.
Menurut para sesepuh kampung bahwa dahulu penamaan daerah perkebunan yang sekarang bernama SUKAMANDI karena terdapatnya penampungan air yang oleh penduduk sekitar dinamakan "Balong" dengan debit air yang sangat banyak dan bersih. sehingga dengan keadaan cuaca yang panas dan melihat permukaan air tersebut yang sangat jernih membuat orang-orang selalu merasakan ingin mandi di tempat tersebut. sehingga kini daerah ini bernama SUKAMANDI, dan untuk bekas-bekas penampungan air tersebut masih dapat dilihat walaupun dalam kondisi yang sudah rusak total dan bahkan menjadi tempat pembuangan limbah penduduk. Dan daerah Balong Gunung dahulunya merupakan daerah dengan dataran yang lebih tinggi seperti bukit dengan posisi persis disamping Balong penampungan air tersebut. Dapat dibayangkan keindahannya daerah sukamandi dengan melihatnya dari daerah Balong gunung, melihat hamparan air yang membuat gairah kesegaran berikut perkebunan dan persawahan  disekitarnya.
tidak ada catatan resmi yang di tulis oleh pemerintah desa sukamandijaya, akan tetapi sejarah ini masih sangat tersimpan pada memori orang-orang sukamandi yang kini sudah semakin renta. dan sejarah ini tidak banyak anak muda daerah sekitar mendapatkan cerita sejarahnya dari para orangtua dan kakek-nenek mereka. semoga tulisan ini bermanfaat untuk menjaga sejarah dari desa penulis sendiri, dan cerita ini diceritakan oleh almarhum H.Surya yang merupakan salah satu sesepuh daeerah sukamandijaya yang belum lama meninggal dan beliau adalah sosok kakek dari penulis yang sangat gigih dalam membahagiakan anak dan cucu-cucunya. semoga beliau diberikan syurga atas segala jasa-jasanya, Amiin. Wallahu A'lam Bisshawab.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. H.soerya Atmadja adalah mandor besar disana..setara dengan pejabat Belanda
    Dan kebetulan beliau adalah buyut saya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH SOAL TENSES

DIBESARKAN KANTONG AJAIB DORAEMON